Wow, Mewah Sekali Hidupku!
Hampir 6 bulan ngekos di Senen dan aku belum merasa pewe juga. Apa ya yang kusuka disini? Lingkungannya padat penduduk, kos-kosan mahal, kamar/rumah yang sempit dan biaya hidup tinggi. Saking sedihnya harus pindah dari Bintaro kesini, pertama kali aku menginjakkan kaki di kamar kosan baru, aku nangis. Nangisnya ga bentar sis, putus-nyambung kayak hubunganmu dengannya😜.
Satu-satunya yang menjadi alasanku untuk stay disini ya karena jaraknya yang cuman 20 menit jalan kaki ke kantor, tanpa harus ngojek atau ngangkot. Di masa pandemi ini, nglaju dari Bintaro tercinta, naik krl dan ojol, bukan pilihan yang tepat buatku.
Ngomong-ngomong tentang pilihan, baru-baru ini aku menyadari betapa "mewah"nya hidupku. Alkisah, aku ada keperluan yang mengharuskan aku untuk pulang kampung dan mengunjungi beberapa kota. Seperti yang kita ketahui bersama, pemerintah mengharuskan penumpang pesawat untuk melakukan rapid test/PCR sebelum terbang. Maka, jadilah aku yang hampir ga pernah ngeliat matahari ini, harus keluar kosan menuju klinik untuk rapid test.
Btw, sejauh ini, aku cukup berusaha untuk disiplin mengikuti protokol kesehatan selama pandemi COVID-19. Aku ga pernah naik transportasi umum kecual pesawat karna emang ga punya pilihan lain. Selain itu, aku kemana-mana selalu jalan kaki atau mesen g*car dan gr*bcar. Walaupun harus mengeluarkan duit lebih banyak untuk naik blablabla-car, tapi lagi-lagi, saat ini ojek bukan pilihan yang tepat buatku.
Dari dalam mobil menuju klinik, aku dibukakan matanya akan betapa mewahnya sebuah pilihan. Ketika aku bisa memilih untuk naik transportasi yang nyaman dan cenderung aman, ada orang-orang yang terpaksa harus naik kendaraan umum demi bisa makan dan syukur-syukur nabung. Ketika aku bisa memilih untuk tetap stay di kosan yang belum bisa membuatku pewe iniiiii, ada orang yang tidak memiliki pilihan sama sekali selain harus menantang risiko di luar rumah untuk bekerja. Di kala aku mulai kewalahan dengan kerjaan yang semakin bertambah, ada orang-orang yang kebingungan mau kerja dimana sekarang.
Wow, mewah sekali hidupku!
Trus aku mau cerita lagi.
Beberapa hari yang lalu, tunanganku nelfon (Oh ya, I'm engaged now. We'll get to that later 😊). Dia cerita tentang kegiatannya berkunjung dan ngawasin pelaksanaan Sensus Penduduk 2020 di Nias (Yes! We're Jakarta-Nias apart 🤷). Jadi katanya, ada petugas sensus yang harus jalan kaki sejauh 8 km ke dalam hutan untuk mendata keluarga-keluarga yang tinggal di kebun. Keluarga-keluarga itu hidup di gubuk, tanpa listrik, tanpa sinyal internet dan makan seadanya dari kebun mereka. Trus percakapan selanjutnya kira-kira seperti ini:
👩: "Ih kok sedih kali dengarnyaaaa..."
👨: " Loh, emang kau ga pernah melihat atau mendengar kesusahan hidup yang seperti itu?"
👩: "Pernahlaah..di Jakarta malah lebih parah sebenarnya. Cuman ya sedih aja kalo diceritain lagi"
Diceritain lagi, makanya sedih. Kalo ga diceritain, ya lupa.
Lupa kalo hidupku ini mewah banget.
Kamu juga sering lupa kan?Hehehe...
Udah ahh...udah jam 8 malam. Aku mau buka Excel lagi, lanjutin kerjaan, sampe ngantuk, trus tidur dan besok bangun pagi sambil ngeluh-ngeluh betapa kerjaan kok ga ada habis-habisnya.
Cheers,