Tuesday, October 9, 2018

About What Drains You and What Drains You Even More

October 09, 2018 0 Comments
Tuesday, Oct 9th 2018
00.18 WIB, when one will end a midnight talk with "Good morning and have a nice dream"


Me : Hey, why do you always look like munching on something? Why eat so much?
Also me :  Ya. Coz’ I’m hungry aaalll the time
Me : Ooh…how so?
Also me : Well, coz’ being nice and looking happy all the time need energy
Me : If being nice and looking happy drain you, why keep on being one?
Also me : Oh...honey, let me tell you something. Nobody loves a girl with a sad face. And explaining to people why you're sad drains you even more. Plus, there are always two reasons why people ask you your personal matters. One, they do care about you. Two, they're just curious. It's the last one most of the time"
(a romanticized version of a girl who's hungry all the time)

In an upstair-room, away from home
Dian❤



Wednesday, October 3, 2018

My Heart Goes To Palu

October 03, 2018 0 Comments
Jumat, 28 September 2018. TGIF. Hari kebebasan, kata orang kantoran. Setelah 5 hari jadi budak korporat, lagi-lagi kata orang kantoran (word, sorry), akhirnya weekend datang juga. Tapi ya sebahagia apapun kamu, ga ada bedanya dengan Jumat lalu dan Jumat yang akan datang. Orang-orang akan berjibaku berhari-hari hanya untuk kemudian sama-sama bersorak TGIF lagi.

Tapi Jumat ini beda. Setidaknya untuk orang-orang yang saat itu sedang asik nonton tv di rumah dengan keluarganya dan 5 menit kemudian semua berubah. Rumahnya mendadak rata dengan tanah, keluarganya tercerai-berai dibawa gelombang ombak yang tanpa diundang bertamu ke daratan dan sejak saat itu hidupnya takkan pernah sama.

Jumat, 28 September 2018 sore, gempa dan tsunami menghantam Donggala, Palu.

Pagi ini aku mendapat email masuk dari sebuah NGO. Disitu dikatakan bahwa korban jiwa sudah mencapai 1.203 jiwa dan ada kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah. Tiap kali nyalain tv, semua channel memberitakan tentang kondisi terbaru di tenda pengungsian, rumah sakit, rumah ibadah, bandara, proses evakuasi korban meninggal dan luka-luka. Kok rasanya hancur banget ya liat penderitaan mereka. Setiap ada pemberitaan tentang Donggala, aku pasti selalu tanpa sadar udah nangis sedih aja sambil dalam hati ngomong, "makasih, Tuhan".

Palu. Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/3656762/2-figur-heroik-di-balik-gempa-tsunami-palu-dan-donggala
Hah?kok makasih?
I'll tell you later.

Ada satu lagi yang bikin hati rasanya teriris. Kisah tentang Antonius Gunawan, seorang air traffic controller AirNav Indonesia, yang mengorbankan dirinya untuk memastikan pesawat Batik Air yang dipandunya dapat lepas landas dengan selamat (baca disini). Dia memilih tetap di menara meskipun saat itu sedang terjadi gempa dan akhirnya wafat dalam tugas. Hal pertama yang terlintas di pikiranku saat membaca tentang beritanya adalah "bagaimana dengan mamanya? betapa hancurnya hati mamanya ditinggal oleh anaknya yang luar biasa mulianya ini". Tapi yah, semua orang di dunia ini punya misi dan panggilan masing-masing dan Antonius Gunawan telah berhasil menyelesaikannya. Hidupnya telah menjadi berkat bagi ratusan bahkan ribuan orang.

Tenang bersama Bapa, dear Antonius Gunawan. Kau akan selalu dikenang dan kasihmu kepada sesama akan menjadi teladan.

Sumber: https://kalteng.antaranews.com/berita/288159/jenazah-petugas-atc-antonius-gunawan-disemayamkan-di-makassar
Akhir-akhir ini Indonesia sering sekali dilanda bencana alam. Kejadian terakhir sebelum ini adalah gempa di Lombok. Belum sembuh luka karena bencana di Lombok, terjadi lagi gempa dan tsunami di Palu. I can always relate to these stories. Mungkin karena itulah aku selalu emosional tiap membaca, menonton dan mendengar berita tentang gempa Palu ini.

28 Maret 2005 malam sekitar pukul 22.30 WIB, gempa berkekuatan 8,7 SR mengguncang Pulau Nias. Tanah kelahiranku, tanahku dibesarkan. Saat itu aku masih berumur 12 tahun dan duduk di kelas 1 SMP. Aku masih benar-benar ingat setiap hal yang kualami ketika gempa itu terjadi. Bagaimana kami sekeluarga terpisah-pisah, adik-adikku yang terkunci di kamar dan pasrah tak bisa keluar karna tempat tidur yang bergeser-geser, bapak dan adikku yang bersembunyi di tempat tidur agak tidak tertimpa lemari. Malam itu, seluruh warga berlari menuju gunung dan kami melihat bagaimana api menjalar dan membakar kota. Kami juga mendengar beberapa kali ledakan. Malam itu, semua tampak begitu gelap tapi juga terang benderang.

sumber: https://www.kompasiana.com/java05_gheeyahoo.com/552adbf2f17e61d04bd623a9/tsunami-kedua-menghempas-nias
Aku bersyukur kepada Tuhan atas segala kasihnya kepadaku dan keluarga. Bahkan di saat gempa dan tidur di biara suster selama hampir seminggu, tidur di halaman tetangga 2 minggu, tidur di tenda depan rumah selama 3 bulan, kami masih diberi kesempatan untuk menikmati berkat-Nya hingga saat ini. Kami beruntung, rumah kami tidak rusak parah seperti orang lain, tapi kami memilih untuk tetap di tenda karena trauma akan gempa susulan dan isu tsunami yang membuat kami beberapa kali berlari ke gunung tiap ada gempa susulan.

Sekarang tau kan kenapa aku malah bilang "makasih, Tuhan"?

Life goes on. Sudah 13 tahun berlalu sejak kejadian di malam itu. Kota kami sudah lama pulih kembali, hidup kami pun sudah lama tertata kembali. Tapi ternyata kenangan akan kejadian itu akan tetap utuh di ingatan kami. Setiap tahun masyarakat di Pulau Nias memperingati terjadinya gempa Nias. Setiap orang dengan segala kisahnya, setiap orang dengan kisah kehilangannya dan setiap orang dengan puji syukurnya.

Lagi-lagi, aku beruntung. Tuhan baik padaku. Gempa tak mengambil apapun dariku, justru memberiku sesuatu, pengalaman dan hati yang penuh terimakasih kepada-Nya. Aku pikir, setelah 13 tahun berlalu, aku akan melupakan kejadian malam itu. Ternyata belum dan sepertinya tidak akan pernah. Aku masih selalu menitikkan air mata melihat mereka yang mengalami penderitaan dan ketakutan kami dulu.

Saudara, aku tau kesakitan yang kau rasakan saat ini. Kata-kata penyemangat memang tak ada gunanya saat ini, tapi bersabarlah saja, ini pasti akan berlalu. Tanganku tak dapat meraihmu tapi aku tau doaku bisa.

My heart goes to Palu.
Dian ♥